Skip to main content

Let’s study for mastery, not test scores



Waktu itu lagi liburan seminggu sebelum UN, lagi gencar gencar nya gue belajar buat persiapan ujian. Personally I was struggling with Math, otak gue gak pernah begitu bersahabat sama pelajaran-pelajaran eksak tapi nothing is unachievable. 
Pelajaran kayak Matematika itu menurut gua butuh banget yang namanya dasar yang kuat. Gue suka ngiri sama temen gua yang pernah ikut Kumon atau kelas sempoa atau apa pun yang sejenis nya. Gue cenderung lebih tumbuh jadi anak bahasa karena sempet pindah-pindah sekolah di beberapa negara.
Ada kalanya gue sering hopeless sama pelajaran hitung-hitungan tapi dari dulu gue selalu me-manage untuk bangkit lagi dari putus asa sesaat itu.
Gue selalu berinisiatif untuk belajar matematika dari Khan Academy, gue pertama kali di kenalin situs online learning ini dari kakak sepupu gue yang sekarang berhasil tembus Teknik Kimia UI. Jadi, ini tuh online platform yang ngasih endless video lessons dari kategori bahasa sampai pelajaran kalkulus, macem-macem lah. Mirip sama Zenius tapi versi gratis dan lebih lengkapnya (tenang, gue belum cukup terkenal buat dapet sponsor dari Khan Academy).
Pendiri dari non-profit educational organization ini bernama Sal Khan, terus terang gue kagum luar biasa sama ini manusia satu. Niatan dia untuk ngajar itu pure banget buat sekedar bikin orang lain ngerti sesuatu dari akar-akar keberasalaanya. Bukan buat bikin orang pinter, tapi paham. 
Kalo lu suntuk terus-terusan belajar kayak gue mungkin lu harus lurusin dulu niat lu buat belajar. Simak video ini, sudut pandang lu soal belajar bakal berubah, demi lah.

Comments

Popular posts from this blog

What Makes the Finnish Education System so Successful?

It was the end of term at Kirkkojarvi Comprehensive School in Espoo, a sprawling suburb west of Helsinki, when Kari Louhivuori, a veteran teacher and the school’s principal, decided to try something extreme—by Finnish standards. One of his sixth-grade students, a Kosovo-Albanian boy, had drifted far off the learning grid, resisting his teacher’s best efforts. The school’s team of special educators—including a social worker, a nurse and a psychologist—convinced Louhivuori that laziness was not to blame. So he decided to hold the boy back a year, a measure so rare in Finland it’s practically obsolete. Finland has vastly improved in reading, math and science literacy over the past decade in large part because its teachers are trusted to do whatever it takes to turn young lives around. This 13-year-old, Besart Kabashi, received something akin to royal tutoring. “I took Besart on that year as my private student,” Louhivuori told me in his office, which boasted a Beatles “Yellow Subm...

Kisah Sukses Pendiri Go-Jek

Sebuah kantor tak terlalu besar di daerah Kemang, Jakarta Selatan, dipenuhi anak-anak muda belia usia 20-30 tahun. Kantor dua lantai dengan lahan parkir yang hanya cukup untuk empat mobil ukuran sedang ini terletak di pinggir jalan. Anak-anak muda itu tampak serius menatap laptopnya masing-masing. Sebagian lalu-lalang sambil membawa barang untuk difoto. "Ini untuk contoh produk, Mas," begitu salah satu di antara mereka menjelaskan aktivitasnya. Di lantai dua, beberapa ruangan tersekat dengan kaca transparan diisi anak-anak muda lainnya. Sama halnya di lantai satu, aktivitas mereka tampak jelas terlihat tengah menatap serius laptopnya masing-masing. Tepat di atas tangga, ada sebuah ruangan khusus yang diisi empat orang. Segala aktivitas mereka juga sangat jelas terlihat dari luar. Ruangan kantor bak akuarium transparan inilah ruangan yang digunakan Nadiem Makarim bersama-sama tim board of director PT Gojek Indonesia. Nadiem adalah sosok di balik revolusi industri transp...